Saturday, May 10, 2008

A women with hundred children



Kuberi tahu kamu tentang impianku
Impian yang mungkin membuat kamu tertawa
Akan kubangun sebuah negeri seindah dongeng
Dan hanya keperuntukkan bagi putra-putri teristimewa


That's what I want to be...
A woman with hundreds children

Aku tidak ingin menjadi mereka yang diatas sana
Mereka yang sibuk mempertebal dinding
dan berceloteh apa aja yang sudah menjadi miliknya

Mereka cuman sekumpulan manusia yang tidak berguna



******

Dear Diary...
Hari ini, aku mengatakan pada salah seorang temanku -"Aku ingin membantu anak-anak yatim, tapi entah mulai darimana?" Tanpa disangka, dia pun bercerita bahwa dia pernah membantu anak-anak di bawah jembatan kereta cuman kekurangan koordinasi. Singkatnya kita benar-benar begitu semangat terlibat pembicaraan ini dengan segala planning yang ada.



Beberapa bulan yang lalu, aku sempat datangin empat yayasan yatim piatu di Probolinggo, sekedar untuk membagikan bingkisan kecil. Bingkisan kecil ini isinya cukup sederhana saja; Oreo, Biskuat, Pepsodent, Sikat gigi, Shampo dan Sabun. Tidak menyangka reaksi mereka cukup mengembirakan, ada yang terlihat masih kecil sibuk memilih warna sikat gigi - "mau kuning atau biru ya?" menanyakan ke salah satu teman perempuannya yang sedikit lebih bongsor dari dia. Momen itu untuk sementara seakan membuat waktu itu berhenti. Entah kenapa dada ini rasanya sesak, sesak untuk menahan tangis. Susah untuk dijelaskan perasaan waktu itu, mungkin perasaan yang bisa aku ungkapin dengan cara paling sederhana-pun adalah "I love these children". Dan Keinginan untuk berbagi pun semakin kuat.





Seandainya kamu bisa melihat langsung, anak-anak ini benar-benar mensyukuri apa yang mereka punya. Ketiadaan orang tua membuat mereka seakan-akan mengisi satu sama lain. Banyak dari mereka yang tidak merasakan kehadiran figur seorang ayah atau ibu. Seandainya aku adalah mereka, aku tidak akan mungkin sekuat mereka untuk hidup di dunia ini. Tidak ada orang yang bisa menceritakan betapa lucu nya mereka ketika masih lahir atau bagaimana nakalnya mereka ketika mulai bisa berjalan. Bersyukur, aku masih punya ayah dan ibu untuk menceritakan itu semua. Tapi bagi mereka seakan akan mereka tiba-tiba berada di asrama tanpa ada sejarah apapun.



Perasaan yang samapun ada ketika melihat anak-anak mengemis dan mengamen di traffic light. Selalu aku beri sedekah yang berlebih, Rp. 1000 -1,500. Mungkin kebanyakan orang-orang cuman memberi koin - mungkin karena menurut kemampuan aja. Tapi setidaknya buat orang yang agak berlebih, tidak pantas memberi Rp. 100,-buat mereka. Mau makan apa dengan segitu, walaupun mereka banyak mengumpulkan uang koin hasil dari mengemis atau mengamen. Tapi jika dilihat dari bagaimana mereka mendapatkan semua itu - panas-panas, tidak beralas kaki - alangkah lebih baik memberi sesuatu yang lebih.


Jika memang dalam masa depan, impianku ini terwujud maka benar yang dulu papa bilang. Papa pernah bilang, "Suatu saat nanti kamu akan menjadi orang yang punya kepekaan sosial yang tinggi. Dan bukan tidak mungkin, akan banyak orang bawah yang akan kamu rangkul". Maybe I do not have much money to accommodate all of them, but I know I have a big heart and that is a good start




Ini seperti cita-cita untukku dan berharap sekali untuk mewujudkannya. Karena hal yang seperti ini yang bisa memberi rasa bahagia untuk aku dan bernilai tinggi sebagai manusia. Rasanya apa yang aku punya sekarang, ga ada gunanya kalau tidak dibuat untuk membantu orang lain. Sedari kecil, aku selalu mengeluh kenapa harus dilahirkan dari keluarga mampu (view this post). And my brother always tells me, “You have to be proud of who you are and what you have. Everything happens for a reason. Maybe you have what you have now because God knows what you are capable of and how your heart is. Rich is good. Rich and Giving is blessing”. Sekarang, aku mengerti apa maksudnya.

Orang kaya tidak ada artinya jika dia cuman sekedar kaya. Keluarga aku memang keluarga mampu, tapi kami bukan keluarga penikmat. Yang maksudnya, apa yang kita dapat tidak kita makan sendiri. Aku ingin suatu saat nanti, aku bisa diberikan rejeki yang banyak dan halal sehingga bisa memberikan lebih banyak dari apa yang sekarang orang tuaku berikan ke mereka. I should love them like my own brothers, sisters and my own children.





ps: Ren, lets make it come true

Friday, May 2, 2008

So long, my friends...



Dear Diary...

Is there anything such 'forever friend'?
Here, in Melbourne, seems hard to find....

Temen smua pada komentar kenapa aku ga tinggal disini lebih lama. Aku sebenernya pengen tanya "buat apa?". Toh, aku ga punya life disini..kecuali sosialisasi dengan teman-teman di kampus dan jadinya aku lebih dekat dengan mereka smua.

Entahlah.. kayaknya aku udah jauh dari temen-temenku yang dulu dan mereka juga jauh dari satu sama laen. Jarang kontak emang..walaupun telpon rasanya uda ga nyambung lagi. Aku emang sibuk ma kuliah dan mereka terutama sibuk kerja dan ada yang ngurusin keluarganya sendiri.

Minggu maren, sempet ada yang aku ajak ke library. tapi dia ternyata ga bisa karena butuh ngerjain tugas nya druma tapi dia bakal ngabarin lagi ( dan waktu itu aku yakin kalo dia pasti juga ga bisa). at start, it's fine by me. Tapi yang buat aku sedikit bete setelah dia ninggalin pesan offline di messanger bilang kalo dia bener2 ga bisa dengan alasan yang berbeda. It's just like......!@#$%^&* I dunno.....


Well, a week after that...
she was calling me and I did not pick it up
She was texting me and I did not reply her back
Just not in the mood of talking to anyone at the moment..
I was stuffed up with dozen of assignments


Kalo dulu aku berusaha mempertahankan semuanya supaya mereka tetep ada didalam lingkaran hidup aku. tapi sekarang, aku merasa malas untuk ngelakuin itu smua.. Just go with the flow.. I'm not gonna do anything more than this...

Semua ini buat aku yakin kalo, it's better to coming home
karena disini, aku tidak mempunyai apa yang disebut keluarga
All of them have loved ones here, either boyfriends, husband which they can share everything expecially time..
tapi untungnya, I still have 2 crazy housemates and 3 great friends on campus....
yang sedikit buat aku betah disini...

Aku pulang ke Indonesia tgl 20-an July. Aku masi punya waktu kosong selama 1.5 bulan untuk nikmatin waktu2 terakhir di melbourne. Bersama teman-temanku yg di kampus, kita uda mulai planning mau ngapain aja.. Sekarang yang aku rasain, jika aku meninggalkan Melbourne.. mereka lah yang aku kangenin. Rasanya bakal kangen gimana stress nya kita ngerjain group project, kangen belajar bareng, kangen gosipin orang2 di kampus, kangen lunch bareng....I think I'll be missing those moments

Aku tahu bahwa seharusnya aku ga terlalu cepat untuk mempunyai feeling "so long my friend"..but I just cant help it