Thursday, May 17, 2012

Jodoh dan Misterinya


Ketika kamu bertemu seseorang pertama kalinya. Pernah tidak pada saat itu kamu merasa yakin bahwa dia adalah jodoh kamu?

Well, saya pastinya belum pernah mengalami hal seperti itu. Dan saya pun tidak tahu apa nantinya bakal “love at the first sight” atau butuh berkali-kali bertemu untuk memastikan bahwa dia adalah jodoh saya.

Layaknya orang lain, saya pun mempunyai favorit khusus dari pria yang mungkin bisa buat saya jatuh hati. Kriteria pintar, humble, dan kepribadian yang baik serta mengenal dekat dengan Sang Penciptanya. Pastinya itu kriteria-kriteria itu paling penting. Tapi saat ini, saya tidak membicarakan kriteria itu. Saya ingin berbicara tentang kertertarikan fisik.

Bukan bermaksud racist. Tapi saya merasa bahwa (mungkin saja) jodoh saya adalah orang jawa. Mungkin karena saya sendiri juga orang Jawa. Entahlah ada apa dengan pria jawa. Kadang-kadang saya juga merasa jodoh saya adalah pria tinggi berbadan tegap.  Tidak terlalu tampan. Tetapi juga paras yang tidak mengecewakan.

Dia, pria yang pendiam. Berambut sedikit bergelombang. Berkulit tidak terlalu putih.

Seorang Ibu menceritakan tentang anak laki-lakinya terhadap saya. Dia, empat tahun lebih tua daripada saya. Kemudian Ibu itu menyodorkan photo pria itu. Persis. Fisik pria itu seperti yang ada dipikiran saya. Saya diam lama menatapi poto itu. Pria dengan senyum merekah yang penuh dengan kehangatan. Secara terbesit, hati saya berbicara. Jika saya bertemu dia, mungkin saja menjadi ‘love at the first sight’ saya. Dan dia (mungkin) jodoh saya.

Namanya Baskoro. Jawa sekali bukan. Saya menyukai nama itu. Artinya Matahari dalam Jawa. Sepadan dengan nama saya, Wulandari. Yang artinya bulan dalam bahasa Jawa.

Tapi sayang sekali. Kenapa?. Kemudian Ibu itu melanjutkan bahwa enam bulan yang lalu.. Putra kesayangannya, Baskoro passed away. Karena sakit. Ibu itu menitikkan air matanya kembali. Seperti masih tidak ikhlas ditinggal pergi terlebih dulu oleh anaknya.

Saya pun memandang kembali photo Baskoro. Saya belum pernah bertemu dia. Tapi entah, saya merasa sudah mengenalnya lama. Wajah dia sangat familiar sekali. Jika memang reinkarnasi itu ada, mungkin dikehidupan dulu.. saya dan sosok Baskoro pernah dekat satu sama lain.

Pagi yang indah ditemani dengan secangkir teh hangat, ketika menulis postingan ini. Dan ini hanyalah imajinasi pemikiran saya.
mysign

Monday, May 14, 2012

Senyum


Kali ini ijinkan saya mencantum puisi indah dari penulis Teguh Puja. Diambil dari blognya




Senyum


Untukmu yang tak lagi bisa kulihat senyumnya.
Untukmu yang tak lagi hadir dalam ruang dan jarak yang menjangkau kita untuk bersama.
Aku tersenyum.

Begitu lembut ketika membaca setiap rasa yang kau bagi dalam ‘ruang’ yang kau buat sendiri di ‘dunia’mu itu, sesuatu yang sederhana, namun begitu manis kurasakan. Aku memang tidak bisa sekali pun menggapaimu dalam ruang yang sama, meski begitu, dengan keistimewaanmu kamu tetap izinkan lagi sesosok hangat dirimu dalam pikiranku. Mengingatkanku tentang hangat dan cerianya wajahmu. Mengingatkanku tentang senja yang pernah kita habiskan bersama.

Kamu tahu,  satu kali kita pernah berjanji untuk tetap menyambung kasih itu dengan cara apa pun yang kita bisa lakukan.
Bukan dalam bentuk sebuah pesan singkat yang mungkin kita lakukan untuk sekedar memberi tahu masing-masing keadaan kita. Tapi dengan tetap memberikan ‘rasa’ itu dalam ‘ruang’ yang sama-sama kita sudah sepakati sebelumnya.

Menulislah dan tetap menulis. Dan kita akan tetap saling mengetahui. Meski kita berada dalam jarak yang sangat jauh. Meski kita berada dalam tempat yang tidak lagi sanggup kita jangkau.
Untukmu yang tak lagi bisa kulihat senyumnya.

Ada banyak hal yang ingin kubagi kepadamu. Tentang segala sesuatu yang kini sedang kukerjakan dan tentang betapa bersemangatnya aku menjalani detik per detiknya. Benar katamu, satu hari kita mungkin akan benar-benar merindu satu sama lainnya, meski segala sesuatu yang ada di dunia ini hadir melengkapi perjalanan yang kujalani sekarang.
Untukmu yang sungguh kurindukan.

Adalah memang benar ia, spasi yang menjelma ‘jarak’, adalah teman yang baik. Pelan-pelan aku tahu, jarak mengajari kita, bahwa sesuatu yang indah akan tetap indah, baik ketika dilihat dari jauh maupun ketika dilihat dari dekat. Pelan-pelan aku sadar, jarak mengajari kita untuk melihat segala sesuatunya utuh, memaknai segala sesuatunya dengan tepat, dan mengajarkanku untuk memutuskan sesuatu atas pertimbangan yang matang. ‘Jarak’ mengajarkan kita ketabahan. Mengajari kita agar kita tetap dewasa memaknai hari.

Mengingatkan lagi kepada kita tentang arti tanggung jawab. Mengingatkan lagi kepada kita tentang arti saling merindu.
Untukmu yang kini hadir. Dengan ‘keistimewaan’mu.
Aku tahu kamu akan selalu ada. Dengan caramu. Selalu begitu.

Thursday, May 10, 2012

......Angan





Siapa kamu? Berhentilah diam. Ada aku disini. Tuhan, tolong bangunkan.

Iya aku bisa membayangkan hebatnya perasaan cintamu.
Menujumu saja butuh ribuan liku
Dan aku sudah sedemikian haus

Bukannya aku malas mencari. Tapi arah mana kamu berlari?
Tuhan masih hening, impianku terbaring...

Apakah kamu tidak berpikir? Bahwa aku lelah meraba wajahmu dalam imajinasi
Tuhan Maha Penyingkap Tabir


Penantian ini menjemukan.. Serasa mati jiwa tak bercanda

mysign