Kuberi tahu kamu tentang impianku
Impian yang mungkin membuat kamu tertawa
Akan kubangun sebuah negeri seindah dongeng
Dan hanya keperuntukkan bagi putra-putri teristimewa
That's what I want to be...
A woman with hundreds children
Aku tidak ingin menjadi mereka yang diatas sana
Mereka yang sibuk mempertebal dinding
dan berceloteh apa aja yang sudah menjadi miliknya
Mereka cuman sekumpulan manusia yang tidak berguna
******
Dear Diary...
Hari ini, aku mengatakan pada salah seorang temanku -"Aku ingin membantu anak-anak yatim, tapi entah mulai darimana?" Tanpa disangka, dia pun bercerita bahwa dia pernah membantu anak-anak di bawah jembatan kereta cuman kekurangan koordinasi. Singkatnya kita benar-benar begitu semangat terlibat pembicaraan ini dengan segala planning yang ada.
Beberapa bulan yang lalu, aku sempat datangin empat yayasan yatim piatu di Probolinggo, sekedar untuk membagikan bingkisan kecil. Bingkisan kecil ini isinya cukup sederhana saja; Oreo, Biskuat, Pepsodent, Sikat gigi, Shampo dan Sabun. Tidak menyangka reaksi mereka cukup mengembirakan, ada yang terlihat masih kecil sibuk memilih warna sikat gigi - "mau kuning atau biru ya?" menanyakan ke salah satu teman perempuannya yang sedikit lebih bongsor dari dia. Momen itu untuk sementara seakan membuat waktu itu berhenti. Entah kenapa dada ini rasanya sesak, sesak untuk menahan tangis. Susah untuk dijelaskan perasaan waktu itu, mungkin perasaan yang bisa aku ungkapin dengan cara paling sederhana-pun adalah "I love these children". Dan Keinginan untuk berbagi pun semakin kuat.
Seandainya kamu bisa melihat langsung, anak-anak ini benar-benar mensyukuri apa yang mereka punya. Ketiadaan orang tua membuat mereka seakan-akan mengisi satu sama lain. Banyak dari mereka yang tidak merasakan kehadiran figur seorang ayah atau ibu. Seandainya aku adalah mereka, aku tidak akan mungkin sekuat mereka untuk hidup di dunia ini. Tidak ada orang yang bisa menceritakan betapa lucu nya mereka ketika masih lahir atau bagaimana nakalnya mereka ketika mulai bisa berjalan. Bersyukur, aku masih punya ayah dan ibu untuk menceritakan itu semua. Tapi bagi mereka seakan akan mereka tiba-tiba berada di asrama tanpa ada sejarah apapun.
Perasaan yang samapun ada ketika melihat anak-anak mengemis dan mengamen di traffic light. Selalu aku beri sedekah yang berlebih, Rp. 1000 -1,500. Mungkin kebanyakan orang-orang cuman memberi koin - mungkin karena menurut kemampuan aja. Tapi setidaknya buat orang yang agak berlebih, tidak pantas memberi Rp. 100,-buat mereka. Mau makan apa dengan segitu, walaupun mereka banyak mengumpulkan uang koin hasil dari mengemis atau mengamen. Tapi jika dilihat dari bagaimana mereka mendapatkan semua itu - panas-panas, tidak beralas kaki - alangkah lebih baik memberi sesuatu yang lebih.
Jika memang dalam masa depan, impianku ini terwujud maka benar yang dulu papa bilang. Papa pernah bilang, "Suatu saat nanti kamu akan menjadi orang yang punya kepekaan sosial yang tinggi. Dan bukan tidak mungkin, akan banyak orang bawah yang akan kamu rangkul". Maybe I do not have much money to accommodate all of them, but I know I have a big heart and that is a good start
Ini seperti cita-cita untukku dan berharap sekali untuk mewujudkannya. Karena hal yang seperti ini yang bisa memberi rasa bahagia untuk aku dan bernilai tinggi sebagai manusia. Rasanya apa yang aku punya sekarang, ga ada gunanya kalau tidak dibuat untuk membantu orang lain. Sedari kecil, aku selalu mengeluh kenapa harus dilahirkan dari keluarga mampu (view this post). And my brother always tells me, “You have to be proud of who you are and what you have. Everything happens for a reason. Maybe you have what you have now because God knows what you are capable of and how your heart is. Rich is good. Rich and Giving is blessing”. Sekarang, aku mengerti apa maksudnya.
Orang kaya tidak ada artinya jika dia cuman sekedar kaya. Keluarga aku memang keluarga mampu, tapi kami bukan keluarga penikmat. Yang maksudnya, apa yang kita dapat tidak kita makan sendiri. Aku ingin suatu saat nanti, aku bisa diberikan rejeki yang banyak dan halal sehingga bisa memberikan lebih banyak dari apa yang sekarang orang tuaku berikan ke mereka. I should love them like my own brothers, sisters and my own children.