Dear Diary,
Sebelum saya mengundang dia untuk berbagi cerita kehidupan di suatu senja, saya menanyakan segenap asa kepada Tuhan. Karena semuanya bukan terserah saya.
Apakah dia yang selama ini dalam genggaman tangan Tuhan?.
Perasaan itu berbeda. Sebuah dimensi lain tentang rasa kasih sayang. Ini bukan tentang perasaan cinta yang berkorbar begitu liar melebihi si pemilik raganya. Bukan. bukan seperti itu.
Sederhana.
Karena Tuhan banyak berperan besar didalamnya. Semuanya mengalir secara mudah. Kita berdua tidak berusaha terlalu keras. Seakan-akan Tuhan memberikannya secara cuma-cuma.
Proses ini indah dengan disertai ketidaksempurnaanya.
Dulu, saya terjebak dalam raga pendongeng. Dimana semua cerita itu indah dengan kesempurnaannya. Ternyata, kesempurnaan itu tidak tersedia di dunia ini. Membuat saya belajar berpikir bahwa sedih senang tetap bersyukur.. toh roda hidup itu berputar.
Mungkin dulu saya tidak mengerti. Kenapa Tuhan tidak serta merta memberikan jalan lurus. Sekarang, saya mengerti. Saya mulai bisa menyambung titik demi titik dalam setiap momen yang terjadi dalam hidup.
Tuhan itu selalu punya rencana yang terbaik.
Walau rencanaNya itu diberikan dengan cara yang tidak enak. Seperti, kita harus disedihkan dahulu. Sebelum rencana pembahagiaan diberikan. Seperti juga, ketika Tuhan dengan sengaja mengirimkan orang-orang yang salah untuk kita terlebih dahulu. Orang-orang yang memang di "skenario" kan untuk menyakiti kita. Secara tidak langsung, Tuhan mempersiapkan kita sebagai pribadi yang kuat dan pantas untuk mendampingi dia yang terpilih.